Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

Hukum Menisbatkan Nama Suami kepada Nama Istri

Seorang sahabat bertanya bagaimana hukumnya seorang wanita muslimah setelah menikah, lalu menisbatkan namanya dengan nama suaminya, misalkan: Maryani menikah dengan Amiruddin, kemudian ia memakai nama suaminya sehingga namanya menjadi Maryani Amiruddin. Bagaimana hukum Islam mengenai perihal penamaan ini? Jawabannya: Dalam ajaran Islam, Hukum Penamaan adalah hal yang penting. Setiap pria ataupun wanita hanya diperbolehkan menambahkan “NAMA AYAHnya” di belakang nama dirinya dan meng HARAM kan menambahkan nama lelaki lain selain ayahnya di belakang namanya, meskipun nama tersebut adalah nama suaminya. Karena dalam Islam. Nama lelaki di belakang nama seseorang berarti keturunan atau anak dari lelaki itu. Sehingga, tempat tersebut hanya boleh untuk tempat nama ayah kandungnya sebagai penghormatan anak terhadap orang tua kandungnya. Berbeda dengan budaya barat, seperti istrinya Bill Clinton: Hillary Clinton yang nama aslinya Hillary Diane Rodham.  Istrinya Barrack

Posisi hamba dihadapan Allah

Seorang murid bertanya kepada sang guru sufi "Wahai guru, bagaimanakah aku mengetahui kedudukkanku saat ini dihadapan Allah ?" Sang Guru menatap muridnya dengan senyum bijak dan menjawab : Jika engkau mulai sibuk memburu duniawi, berbuat maksiat, menuruti hawa nafsu dan syahwat..itu tandanya Allah sedang menghinamu. Jika engkau sedang berbuat kebaikan dan nikmat beribadah, itu tandanya Allah sedang menolongmu.. Jika engkau sedang sibuk dalam urusan manusia sehingga lupa kepada Allah, itu tandanya Allah sedang berpaling dari dirimu. Jika engkau dijauhkan dari rintangan rintangan menuju kepada Allah, itu tandanya Allah sedang mendidik budi pekerti kehambaanmu. Jika engkau sedang bergairah bermunajat kepadaNYA, itu tandanya Allah sedang mendekatimu... Jika engkau ridha atas ketentuanNYA dan ridha bersamaNYA.. itulah tanda Allah ridha terhadap dirimu ". (Kisah Sufi) Sumber

Memahami isi kandungan Qs al-Ashr

وَالْعَصْرِ )  إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ )  إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْاوَعَمِلُواالصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)  Artinya:   Demi masa (1)  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2)  kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3). (QS: Al-Asar: 1-3)  Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu akan rugi jika ia lalai terhadap waktu. ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa bagi manusia yang tidak menghargai waktu untuk hal-hal yang bermanfaat niscaya manusia itu akan rugi.  Ayat ini juga merupakan wahyu kesembilan yang diterima oleh nabi Muhammad SAW. Sedangkan wahyu yang sebelumnya adalah surat Alam Nasyrah.  Imam Syafi’i menilai surat ini sebagai salah satu surat yang paling sempurna petunjuknya, beliau menyatakan; “seandainya ummat Islam memikirkan kandungan surat ini niscaya (petunjuk-

Rupiah Gratis dari PTC Terpercaya

Gambar
Yupz Benar bangat dengan Judul postingan ini, Rupiah Gratis yang akan anda dapatkan dari Inernet... Bagi teman2 yang berminat mengumpulkan uang rupiah dari Internet, PTC yang dibawah ini bisa menjadi referensi kerena PTC yang satu ini sangat Berbeda dengan PTC lainya... Cara Bergabungnya sangat gampang, Silakan Klik saja Banner (Gambar) dibawah ini, kemudian Pilih Menu Join/Register dan isi datanya dengan Lengkap... Untuk Panduan menjalankan PTC dan Bisnis Ini bisa Download di Sini Pesan saya Jangan takut mencoba, Kerena Ini GRATIS dan mendapatkan 50.000,- serta tidak ada resiko bagi Anda.. Sekian dan Semoga Bermanfaat Biar Lebih Yakin dan bisa berkenalan dengan Adminnya Langsung Yuk Gabung di Grup FB   Yang Mau Action  Klik Disini Untuk Bergabung

MUTIARA DI DASAR LAUT

Gambar
Oleh: Prof. Mulyadhi Kartanegara JALAL AL-DIN RUMI pernah mengumpamakan makrifat dengan mutiara yang masih berada dalam kerang, sedangkan kerang itu masih di dasar laut. "Karena mutiara selalu memikat hati orang, maka banyaklah orang yang datang ke laut untuk mendapatkannya. Setelah melihat dengan teliti, seseorang di antara pengunjung bertanya: 'Mana mutiara itu? Aku tidak melihatnya, padahal orang-orang mengatakan bahwa mutiara itu di laut.' Tentu saja mutiara tidak bisa dilihat apalagi dimiliki hanya dengan melihat laut, karena mutiara itu berada di dasar laut. Ini berarti bahwa makrifat tidak bisa diperoleh hanya dengan mengandalkan "indera lahiriah," karena ia berada jauh di lubuk hati seseorang, sehingga tersembunyi kepadanya. Lalu datanglah seseorang dengan sebuah usul yang brilian, "karena kerang itu ada di dasar laut, maka kita harus menimba laut agar kering, sehingga mutiara-mutiaravtersebut dapat dengan mudah kita temukan." Tapi, k

INDERA, AKAL DAN HATI

Gambar
Oleh: Prof. Mulyadhi Kartanegara Salah satu kerinduan manusia adalah untuk mengetahui sesuatu sebagaimana adanya, agar diperoleh suatu pengetahuan yang meyakinkan. Salah satu contoh historis dari pencarian serius dan tak kunjung padam adalah apa yang dilakukan al-Ghazali. Dalam bukunya yang terkenal "Keluar dari Kemelut" (al-Minqidz minal-Dhalal), ia melukiskan pencariannya yang intensif akan kebenaran. Dan dalam karya ini jugalah ia mendiskusikan tentang indera, akal dan hati.  Dalam karya otobiografis intelektual ini, ia mengungkapkan keinginannya untuk mengetahui segala sesuatu, termasuk kepercayaan agama, seyakin-yakinnya, sebagaimana keyakinannya kepada kebenaran matematik: tiga lebih kecil dari sepuluh. Kalau ada orang yang mengatakan sebaliknya, bahwa 10 lebih kecIl dari 3, kepercayaan saya bahwa 3 lebih kecil sari 10, tetap tidak akan goyah, sekalipun orang itu dapat mengobah tongkat jadi ular. Oleh karena itu, maka ia mencoba mencari sumber pengetahuan y

KEBENARAN SATU, EKSPRESI BERAGAM

Gambar
Ada satu pertanyaan yang mungkin timbul ketika kita menyadari kenyataan bahwa walaupun para sufi mengklaim telah mendapatkan penyingkapan (mukasyafah), namun mereka ternyata memiliki ajaran yang beragam, yaitu: mengapa terjadi keragaman ajaran para sufi, padahal kebenaran itu satu adanya? Pertanyaan ini sebenarnya telah mengantar kita pada satu kenyataan bahwa meskipun kebenaran itu satu, tetapi ekspresi para sufi terhadap kebenaran itu bisa beragam dan berbeda-beda. Alasan mengapa itu terjadi adalah: pertama, kebenaran itu terlalu luas untuk bisa dipahami sekaligus oleh seorang individu, siapapun dia, termasuk oleh seorang sufi. Kedua, karena tiap-tiap sufi memiliki concern masing-masing, sesuai dengan tantangan yang berkembang pada masanya. Ketiga, karena Tuhan mengekspresikan diri-Nya secara terus-menerus dan berubah-ubah setiap saat. Prof. Mulyadhi Kartanegara Untuk memudahkan pemahaman kita, ambillah sebuah contoh yang kongkret. Andaikan diadakan pameran elektronik inte

Alquran dan Hadist Tentang AIB (Kejelekan)

“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (Al-Bukhari)  “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al maidah [5]:8)  “Tidak akan masuk surga orang yang suka mendengar-dengar berita rahasia orang lain.” (Al-Bukhari).  ”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujuraat [49] : 10)  ”Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka aza