Cinta Plus (Mawaddah) dalam Al-quran

MAWWADDAH secara harfiah berarti “cinta yang lebih,” yang dalam istilah para remaja adalah “cinta plus.” Secara lengkap MAWADDAH diartikan dengan “sikap psikologis dari pasangan suami/isteri untuk menerima pasangannya apa adanya dengan semua kelebihan dan segala kekurangannya. MAWADDAH adalah sifat fitriah yang sengaja disiapkan dan diciptakan oleh Allah di dalam diri setiap insan, terutama pasangan suami/isteri agar mampu melestarikan kehidupan rumah tangga. Yang mengantar seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan, terutama dalam masa modern ini adalah CINTA, yang telah tumbuh, berkembang, dan bersemi di dalam hati masing-masing dari sifat-sifat yang menyenangkan yang ada pada keduanya.
Cinta pada saat berkenalan/berpacaran begitu meluap-luapnya, begitu besar dan begitu dalamnya. CINTA yang semacam inilah yang membuat seseorang buta terhadap kekurangan dan kelemahan yang dicintainya, serta kekurangan dirinya. Ini pulalah yang memunculkan istilah “CINTA ITU BUTA.” Berbagai macam cara dan usaha yang dilakukan oleh seorang pencinta kepada orang yang dicintainya agar selalu dicintai dan mencintai hingga memasuki rumah tangga. 

Kehidupan rumah tangga pada masa-masa awal sangat menyenangkan pasangan, suami maupun isteri. Dalam masa-masa berbualan madu dan beberapa masa sesudahnya keduanya begitu asyik dan maksyuknya dengan cinta mereka yang luar biasa. Kemudian pada masa-masa berikutnya, ada dua keadaan yang mungkin terjadi. Cinta mereka tetap utuh atau cinta mereka berkurang, menurun, dan bahkan hilang. Cinta yang utuh akan manjadikan rumah tangga utuh dan lestari selamanya. Jika cinta dalam rumah tangga sudah hilang maka ikatan rumah tanggapun putus. Ingatlah bahwa hilangnya cinta, karena tidak ada lagi sifat-sifat yang menyenangkan yang ditunjukkan oleh salah satu atau oleh masing keduanya. Ada pasangan yang lestari selamanya karena sifat-sifat yang menyenangkan dari masing-masing keduanya dapat dipertahankan terus hingga akhir hayat mereka. Ada pula rumah tangga yang keutuhannya tidak bisa bertahan lama karena salah satu faktornya itu adalah kualitas CINTA yang menurun yang disebabkan karena turunnya atau hilangnya sifat-sifat yang menyenangkan yang pernah ada sebelumnya pada masing-masing. Pada saat inilah masing-masing pasangan (suami/isteri) harus waspada. Sebab, kalau kualitas cinta sudah menurun, maka keutuhan rumah tangga mulai terancam. 

Kalau cinta sudah tidak ada sama sekali, maka pada saat inilah terjadi perceraian. Kalau perceraian sudah terjadi, maka rumah tangga menjadi hancur dan anak-anak yang diharapkan menjadi permata hati bagi keluarga menjadi terancam dalam segala hal. Akan tetapi, ketahuilah, bahwa Allah telah menyiapkan dan menciptakan sifat WAWADDAH dalam diri setiap pasangan, suami dan isteri sebagai penangkal dalam mempertahankan dan melestarikan keutuhan rumah tanngga (lihat QS. Al-Rum [30]: 21). MAWADDAH-lah yang mendorong suami/isteri untuk saling memahami kekurangan masing-masing. MAWADDAH-lah yang mendorong setiap suami/isteri untuk menerima pasangan itu apapun kekurangannya. Suami dapat menerima apapun kekurangan isteri karena MAWADDAH-nya, dan isteri dapat menerima apapun kekurangan suaminya karena MAWADDAH-nya. MAWADDAH pula yang membuat rumah tangga dapat bertahan dan utuh selamanya. MAWADDAH-lah yang membuat rumah tangga orang-orang tua kita dahulu tetap langgeng dan lestari hingga akhir hayat mereka, walau sebenarnya banyak sekali di antara mereka yang kawin karena keinginan dan paksaan dari orang tua, bukan keinginan mereka, tanpa diawali oleh cinta di antara mereka, dan bahkan mereka sama sekali tidak saling kenal sebelumnya. MAWADDAH pulalah yang membuat suami/isteri tabah menghadapi berbagai ujian dan cobaan di dalam rumah tangga. MAWADDAH pula yang membuat rumah tangga Nabi Adam a.s. dengan Hawa, Nabi Ibrahim a.s. dengan Hajar dan Sarah, dan Nabi Muhammad saw. dengan Khadijah dan Aisyah tetap utuh, lestari, dan langgeng sampai mereka dipisahkan oleh kematian. 

Berdoalah selalu kepada Allah, Yang Maha Kuasa, yang menciptakan MAWADDAH itu, semoga MAWADDAH itu selalu dianugerahinya di dalam diri kita semua sehingga kita semua mencapai rumah tangga yang sakinah. Aamiin. 

Wallahu a’lam bi al-shawab. Jakarta, Kamis pagi, 15-01-2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS