Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet


Subhanallah. Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang dengan berkat rahmat-Nya jua kita diberikan nikmat terbesar iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadrat Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau dari dahulu hingga hari akhir. Tulisan ini hanya copas dari blog hamba Allah (lihat bagian terakhir tulisan).


Saya terbuka hati ingin mengetahui Guru Bakhiet, seorang ulama kharismatik di Hulu Sungai, tepatnya Barabai, HST. Saya memperoleh informasi, insya Allah benar, karena informasi ini muncul dari salah satu murid Tuan Guru Sekumpul. Beliau, Abu Zein Al-Banjari memberitahu kepada saya bahwa Guru Bakhiet di alam ruhani, adalah murabbi mursyid Thariqat Syadziliyyah di Kalsel.

Semoga Allah SWT dengan hak Rasulullah SAW, berkat Tuan Guru Sekumpul dan berkat kewalian Guru Bakhiet, saya bisa menjadi salah satu murid thariqat beliau, aamiin.

Sejarah Hidup Nama lengkapnya K.H. Muhammad Bakhiet atau biasa dipanggil Guru Bakhiet. Ia  dilahirkan tanggal 01 Januari 1966 di Telaga Air Mata (Kampung Arab) sebuah nama perkampungan yang ada dikabupaten Hulu Sungai Tengah. Ayahnya adalah Haji Ahmad Mugni atau sebutan popolernya di masyarakat dengan nama Haji Amat Nagara (Kabupaten Hulu Sungai Selatan). K.H. Muhammad Bakhiet  mempunyai seorang istri yang bernama Hj. Sakdiah dan tiga orang anak.

Secara geneologi ia merupakan keturunan kelima dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang silsilah nasabnya, yaitu Muhammad Bakhiet – Ahmad Mugni – Ismail – Muhammad Thehir – Syihabuddin. Suasana kehidupan religius sudah sangat kental semasa hidupnya, baik ketika masih kecil hingga dewasa. Hal itu  karena lingkungan keluarganya maupun lingkungan pergaulannya sehari-hari sangat memberikan warna terhadap karakter kepribadiannya yang religius. Ia amat dekat dengan ayahnya yang juga seorang ulama populer di zamannya, khususnya di wilayah Hulu Sungai di Kalimantan Selatan. Dari ayahnya inilah ia sangat banyak mengambil ilmu, khususnya ilmu bathin, dan orang tuanya sekaligus sebagai gurunya. Latar belakang pendidikan beliau adalah di tahap pendidikan formal beliau hanya sampai kelas IV Sekolah Dasar Negeri pada tahun 1976. Selebihnya beliau lebih banyak menimba ilmu pada pendidikan non formal, yaitu mulai dari pendidikan dari kedua orang tuanya, khususnya dari ayahnya yang seorang ulama. Beliau pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ibnu Amin (Pamangkih) pada tahun 1977 kurang lebih selama tiga tahun. Selanjutnya pada tahun 1980 menjadi santri Pondok Pesantren Darussalam (Martapura) kurang lebih enam bulan. Daris situ kemudian pindah ke Darussalamah kurang lebih satu setengah tahun. Setelah sekian lama di Martapura, kemudian beliau kembali ke Barabai dan berguru dengan orang tua beliau sendiri dan berguru dengan para ulama yang ada disekitarnya. Dalam memperdalam ilmu agama banyak ia ambil dari para ulama terkemuka.

Guru-guru beliau antara lain adalah orang tua beliau i sendiri yaitu Tuan Guru Haji Ahmad Mugni, dari sini sangat banyak ilmu yang diperoleh khususnya berkenaan dengan ilmu bathin (ilmu tasawuf). Ilmu fiqih secara khusus berguru dengan H. Abdul Wahab (Kampung Qadli Barabai). Ilmu bahasa Arab khususnya ilmu Nahwu ditimbanya dari H. Hasan dan H. Saleh (Barabai). Sedangkan berkenaan dengan ilmu falak beliau pelajari dari K.H. Mahfuz (almarhum) seorang tokoh Pendiri Pondik Pesantren Pamangkih. K.H. Muhammad Bakhiet dimata masyarakat dinilai memiliki sifat-sifat terpuji dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan dalam serta memiliki daya tarik tersendiri. Oleh karena itu belia menjadi pelita umat, khususnya di wilayah Hulu Sungai. Pengajiannya dihadri oleh puluhan ribu orang yang datang dari berbagai pelosok. Disamping sebagai ulama. K.H Muhammad Bakhiet juga seorang guru Tarikat Alawiyah. Berkenaan dengan dengan Tarikat Alawiyah ini secara histeris beliau pada tahun 1993 oleh orang tuanya. Guru Bakhiet dikirim ke Surabaya (Bangil). Disinilah ia mengaji dan mengambil Tarikat Alawiyah dari Habib Zein Al Abidin Ahmad Alaydrus. 

Kurang lebih satu tahun bergelut dalam dunia Tarikat Alawiyah dengan syarat para jamaah yang mengikutinya tidak kurang dari 40 orang. Waktu itu ada sejumlah nama yang aktif malah menjadi murid utama beliau, diantaranya adalah Abdul Karim, Abdurrahim, Abdul Aziz, Abdushomat, Abdul Muin, Ahmad Mugeni, Ahmad Said, Ahmad Nor, Ali Mawardi, Baihaqi, Fahrurrazi, H. Abdussalam, H. Alfian Hidayat, H. Darussalam, Zunaidi HA, Mahdi Jauhari, Muhammad Arsyad, Muhammad Ahyad, Muhammad Farid Wajidi, dan lain-lain. Tarikat Alawiyah sangat maju pesat perkembangannya yang pengikutnya hingga kini mencapai puluhan ribu orang. Pada mulanya pengajian tarikat Alawiyah bertempat di Pondok Pesantren Hidayaturrahman Barabai. Ditempat ini pengajian berlangsung kurang lebih 40 minggu atau 40 kali pertemuan. Namun setiap kali pertemuan pesertanya semakin bertambah. 

Bertambahnya jumlah jamaah maka beliau pindah lagi ke pondok pesantren Rahmatullah Ummah. Dari sinilah nantinya menjadi pondok pesantren Nurul Muhibbin yang sekarang cukup terkenal itu. Di lokasi pengajian yang baru ini dapat menampung jamaah lebih banyak yang menurut masyarakat setiap kali pengajian tidak kurang dari puluhan ribu orang yang datang ketempat ini. Sekarang nama lengkapnya adalah Pondok Pesantren Nurul Muhibbin yang beralamat di Jln. M. Ramli No. 89 Barabai Darat. Sarana prasarananya cukup memadai, yaitu area yang cukup luas, yakni pondok pesantren dan mushalla, lapangan yang lumayan luas dan tempat parkir. Majelis Taklim Nurul Muhibbin sekarang ini telah membidangi lembaga-lembaga khusus, yaitu : Pondok Pesantren, Majelis Taklim (termasuk pengajian tarikat Alawiyah), Panti Yatim dan Tahfiz Al-Qur’an. Disamping itu Majelis Taklim Nurul 

Muhibbin ini mempunyai beberapa cabang diberbagai daerah seperti di Ilung (Kecamatan Batang Alai Utara), di Negara (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), di Halong (Balangan) dan kedepan rencananya majelis Taklim ini akan dibangun di Paringin dengan lokasi yang sangat luas dan lengkap dengan rencana pemukimannya. Sosok KH. Muhammad Bakhiet sangat kharismatik dan sangat dihormati oleh masyarakatnya di Hulu Sungai. Menurut beberapa orang yang dekat dengan beliau kelebihan yang dimiliki oleh beliau disamping ilmu dan amaliahnya, antara lain yaitu: 
  1. Menjauhi pemerintah. Contohnya beliau menolak dibawa Umrah oleh Pemerintah Daerah. 
  2. Netral dalam persoalan politik 
  3. dan tidak ikut-ikutan dalam persoalan ini. Umpamanya beliau menolak pemberian berupa uang dan harta karena kepentingan polotik (partai). 
  4. Beliau tahan terhadap godaan dunia (wara’). 
  5. Sangat memuliakan para habaib. Setiap tanggal 3-5 beliau membagi beras untuk para janda, habaib atau yang miskin. Begitu juga pada hari raya. Walaupun beliau bukan turunan habaib tetapi para habib mengakui beliau sebagai begian dari keluarga habaib (Mulhaq Habaib), karena kecintaannya yang luar biasa terhadap para habaib. Konon beliau tidak bisa dalam seharipun kalau tidak bertemu dengan habib, walaupun hanya melihat mukanya. 

Komentar

  1. Masyaallah dengar ceramah dan suara Beliau betul2 menyejukkan hati. Sy ingin sekali bersilaturahmi bertemu Beliau. Ya Allah aku mhn kpd Engkau aku bisa ketemu dg beliau...

    BalasHapus
  2. Semoga Tuan Guru Bakhiet Senantiasa diberkahi

    BalasHapus
  3. Jika diizinkan Allah...dapat jumpa satu kali pun tidak mengapa...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

SYAIR ABU NAWAS