"Kebohongan" Pertemuan JOKOWI dengan suku anak Dalam

Pekanbaru - Foto warga Suku Anak Dalam (SAD) dan Presiden Jokowi ramai di media sosial. Ada yang sengaja memutarbalikkan fakta seolah-olah foto itu merupakan rekayasa dan orang-orang yang ada di foto merupakan orang yang sama. Ini jawaban Tumenggung Tarib, salah satu Orang Rimba--sebutan untuk SAD, yang bertemu Jokowi.

Tumenggung adalah julukan kepala suku untuk kelompok SAD. Adalah Temengung Tarib, usianya lebih dari 60 tahun yang ikut bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia. Dia adalah satu di antara minoritas SAD yang hidup di luar Taman Nasional Bukit Duabelas di Kabupaten Sarolangun, Jambi. 

Pertemuan digelar di teras. Tarib mengenakan kemeja warna kuning.


"Saya waktu itu bersama kelompok Grip dan bapak Babinsa (Kopka Husni Thamrin) bersama tiga orang lainnya. Kami bertemu di teras rumah. Kami semua pakai pakaian lengkap," kata Tarib saat dihubungi detikcom, Senin (2/11/2015).

Tarib menceritakan, awalnya Presiden Jokowi menemui SAD dari kelompok Ninjo. Pertemuan itu digelar di perkebunan kelapa sawit sebagaimana terekam dalam foto-foto yang beredar di media massa dan media sosial. "Mereka lama berbincang-bincang sama Pak Presiden," kata Tarib.

Usai bertemu dengan kelompok Ninjo, selanjutnya Jokowi ketemu dengan kelompok Tumenggung Grip--termasuk dengan Tumenggung Tarib.

"Jadi orang yang bertemu presiden di bawah kebun sawit, beda dengan kami yang ada di perumahan. Kami beda orang dan beda kelompok, walau kami sama-sama dari Suku Anak Dalam," kata Tarib yang pernah meraih Kalpataru pada tahun 2006 pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena konsen terhadap alam.

Tarib mengaku sempat bersalaman dengan Presiden Jokowi. "Bapak Presiden jongkok bertemu kami di depan rumah. Saya persis di depan Pak Presiden. Ada Bu Menteri berdiri di belakang Presiden. Ada juga Pak Babinsa waktu itu," kata Tarib.

Tarib menyebut, pertemuan itu sangat singkat. Diperkirakan antara 15 sampai 20 menit saja.

"Cuma sebentar pak, karena waktu itu sudah sore. Yang lama yang bertemu dengan kelompok Ninjo di bawah kebun sawit. Waktu itu Pak Presiden harus segera kembali, karena dikhawatirkan asap akan pekat. Kalau sudah pekat, nanti pesawatnya tak bisa terbang," kata Tarib.

Saat ditanya, apakah dengan kedatangan presiden mereka harus berpenampilan pakai cawet? "Oh tidak ada pak. Malah bapak-bapak desa kita menganjurkan berpakaian sopan. Tapi kan tak semua mau. Yang lain tetap saja datang pakai cawet. Cuma yang perempuan pakai kemban. Kalau tidak (kalau tak datang presiden), ya mereka tak pakai kemban. Hanya penutup kain di bagian bawah saja," tutup Tarib.

Kesaksian Tarib senada dengan keterangan penerjemah pertemuan Jokowi dan Suku Anak Dalam, Kopka Husbi Thamrin, bahwa foto orang yang bercawet dan berpakaian adalah kelompok berbeda. Namun di media sosial diputarbalikkan bahwa yang ditemui Jokowi adalah orang yang sama dan seolah-seolah pertemuan itu direkayasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS