Waktu; Kabaikan atau Keburukan

Tidak ada yang tengah-tengah atau netral, waktu diisi dengan kebaikan atau jika tidak pasti diisi dengan keburukan. Karena diam dan “ngangur” termasuk hal yang sia-sia yang merupakan keburukan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata:
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”
terutama pemuda, harus diisi dengan kegiatan positif:
  1. membantu orang lain, meringakan kesusahan orang lain dan bakti sosial, dengan harapan Allah akan membantu kita disaat-saat sulit dunia dan terutama di akhirat (kandungan hadits)
  2. menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang lain meskipun kecil, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia (kandungan hadits)
Agar selalu memiliki kegiatan positif seorang muslim harus mempunyai target dan tujuan hidup, ia susun target jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Kemudian dia lakukan apa yang harus ditempuh. Misalnya selama kuliah harus hapal 10 juz, maka ia harus mencicl setiap minggu hapalan sebanyak 1 halaman misalnya.

Ingat ! orang yang tidak memiliki target hidupnya hanya akan mengalir saja seperti air, dan kita ketahui bersama air itu selalu mengalir ke bawah. Apakah kita mau selalu mengalir begitu saja kebawah?

Ingat juga! Orang yang menyusuun target kemudain tercapai setangahnya atau tidak tercapai sama sekali, itu lebih baik dari orang yang tidak punya target dan tujuan hidup sama sekali.

Menyusun kehidupan dan target serta tujuan adalah ajaran Islam
Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Hasyr: 18)

Sekali lagi, Seorang muslim harus mempunyai target dan visi masa depan. Jangan sampai kehidupannya sekedar mengalir saja, karena sesuatu yang mengalir pasti dari atas menuju ke bawah. Bautlah target jangka pendek, target jangka menengah dan target jangka panjang. Misalnya selama saya kuliah di Yogyakarta, saya harus bisa bahasa Arab. Maka ia membuat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai target, misalnya ikut kursus, sehari menghapalkan sekian kosa-kata bahasa Arab dan Inggris.

Yang paling penting diuntuk diingat adalah masa depan yang paling “depan” yaitu akhirat. Maka ini juga harus ada persiapan dan target yaitu masuk surga tertinggi, surga Firdaus serta masuk surga tanpa hisab dan melihat wajah Allah di surga kelak. Karena nikmat terbesar di surga yang mengalahkan nikmat-nikmat yang lain adalah meilhat wajah Allah.

Firman Allah Ta’ala,

{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ}
“Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri (indah). Kepada Rabbnyalah mereka melihat” (al-Qiyaamah:22-23)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنْ النَّارِ قَالَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

Jika penghuni surga telah masuk surga, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Apakah kalian (wahai penghuni surga) menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan surga) ?” Maka mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami ? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari (azab) neraka ?” Maka (pada waktu itu) Allah membuka hijab (yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), danpenghuni surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih mereka sukai dari pada melihat (wajah) Allah Azza wa Jalla”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat tersebut di atas”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS