Suami Istri Yang Ideal Menurut Al-quran

Ada 2 kata yang selalu digunakan oleh Al-Qur’an, yaitu zauj (زوج) dan ‘imra’ah (امرأة). Kata زوج bisa berarti “isteri,” bisa juga berarti “suami”, dan bisa juga berarti “pasangan.” Kata ini digunakan oleh Al-Qur’an untuk menunjukkan suami-isteri yang hidup dalam rumah tangga yang serasi, penuh ketenangan, ketenteraman dan kedamaian, seperti di dalam S. al-Rum [30]: 21 (أزواجا).
Ketenangan itu lahir dari adanya kesamaan akidah, keyakinan, ketaatannya kepada Allah, dan akhlaknya. 

Sesuatu disebut berpasangan apabila keduanya pas dalam hal-hal itu. Pasangan itu bagaikan baut dan mur. Sebuah baut dan mur belum tentu berpasangan karena antara keduanya tidak pas. Baut dan mur yang disebut pasangan apabila mur yang dimasukkan ke dalam baut pas ukurannya. Kalau murnya lebih kecil dari bautnya, maka murnya tidak mungkin masuk. Kalau murnya lebih besar dari bautnya, maka murnya bisa masuk ke dalam bautnya, tetapi tidak pas, dan keduanya akan lepas. Keduanya bukanlah pasangannya. Begitu bahagia dan sakinahnya pasangan suami-isteri, bagaikan pasangan baut dan mur yang pas itu. Semoga Allah merahmati kita dengan suasana demikian. Amin. 

Adapun kata ’imra’ah (امرأة) bisa berarti “seorang perempuan,” dan bisa berarti “seorang isteri yang tidak pas dengan suaminya.” Kedua arti itu sama-sama digunakan oleh Al-Qur’an. Di beberapa ayat, Allah tidak menggunakan kata “pasangan,” tetapi menggunakan kata ’imra’ah (perempuan) walaupun mereka itu berstatus sebagai “isteri,” seperti di dalam S. Yusuf [12]: 30, yaitu ’imra’atul-‘Aziz (امرأة العزيز=perempuan al-Aziz), S. al-Qashash [28]: 9, yaitu ’imra’atu Fir’aun (امرأة فرعون=perempuan Fir’aun), S. al-Tahrim [66]: 10, yaitu ‘imra’atu Nuh (امرأة نوح=perempuan Nuh), dan ’imra’atu Lut (امرأة لوط=perempuan Lut). Penggunaan kata ’imra’ah dalam ayat-ayat itu menunjukkan isteri-isteri yang tidak pas, tidak serasi, tidak sama dalam akidah, keyakinan, dan akhlak dengan suaminya. Isteri al-Aziz disebut ’imra’ah karena dia telah melakukan perbuatan tidak senonoh dengan Yusuf. Isteri Fir’aun disebut ’imra’ah karena dia bertauhid, sedangkan Fir’aun musyrik dan bahkan menganggap dirinya Tuhan. Isteri Nabi Nuh dan Nabi Lut, disebut ’imra’ah karena tidak mau mengikuti ajaran dan seruan keduanya. Kita memohon perlindungan kepada Allah agar kita dijauhkan dari suasana yang kedua ini. Amin. Karena itulah Rasulullah berpesan kepada para laki-laki atau perempuan yang akan memilih calon suami/isteri untuk mengutamakan calon yang kuat agamanya, mulia akhlak mulianya di atas kecantikan/kegagahan, kemampuan ekonomi, dan kemuliaan keturunannya. 

Wallahu a’lam bi al-shawab. Jakarta, Rabu pagi, 14-01-2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS