MENUNTUT ILMU atau MENCARI ILMU

Menuntut ilmu berbeda dengan mencari ilmu. Menuntut ilmu di dalam bahasa Arab digunakan thalabul-ilmi. Semua hadis yang yang berkaitan dengan menuntut ilmu digunakan kata thalab, seperti “Uthlubul-‘ilma walau bish-Shin” (Tuntutlah ilmu walau di negeri Cina). Adapun kata “mencari” digunakan kata bahts. Kata “mencari” tidak cocok dirangkaian dengan kata ilmu. Sebab, mencari dikaitkan dengan upaya menemukan sesuatu yang hilang, yang konkret, yang kelihatan dan tidak jauh dari kita.
Kata “menuntut” sangat tepat dirangkaikan dengan kata ilmu. Sebab, kata “menuntut” berarti upaya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan kerja keras, dalam waktu yang lama, dan dana yang besar untuk meraih dan mendapatkannya. 

Ilmu adalah sesuatu yang ada di mana-mana, tapi tidak berwujud, dan tidak terlihat. Dia abstrak dan bagaikan dia sangat jauh dari kita. Untuk menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah dilakukan, tetapi harus dilakukan oleh siapapun yang ingin meraih masa depan yang lebih baik. Untuk mendapatkan ilmu dibutuhkan tenaga yang cukup, waktu yang lama, dan dana yang cukup. Seseorang yang menuntut ilmu harus mengerahkan segalanya dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Orang seperti inilah yang layak diberi gelar “thaalib” (seseorang yang selalu, selalu, selalu menuntut ilmu tanpa akhir). Walau seseorang sudah dengan sungguh-sungguh menuntut ilmu, yang didapatnya tetap saja sedikit, dan terasa sangat kurang. Kalau tidak sungguh-sungguh, maka ilmu yang didapatkan juga sangat sedikit. 

Karena itu suatu ketika ilmu pernah berkata kepada para penuntutnya: “Kerahkanlah semuanya (semua tenagamu, jalanmu, caramu, waktumu, dan biayamu) untuk meraih, menggapai dan mendapatkan diriku. Kalau engkau sudah menggapai dirikku, maka tidak mungkin aku memberikan diriku seluruhnya kepadamu. Aku hanya memberikan kepadamu hanya sebahagian kecil dari diriku.” Pernyataan ini menyakinkan kita bahwa sekuat apapun tenaga kita menuntut ilmu, dan sebanyak apapun ilmu yang kita dapatkan menurut kita, dan sehebat apapun ilmu seseorang, walau dengan sederetan gelar ilmu yang diraihnya, pastilah ilmunya tetap sedikit. 

Allah menyatakan di dalam Al-Qur’an: “Tidak ada ilmu yang diberikan kepada kalian kecuali sedikit.” Menuntut sesuatu yang mulia, seperti ilmu ini, pasti banyak tantangan, halangan, dan rintangannya. Tidak sedikit penderitaan, kekurangan dan keterbatasan dalam banyak hal yang dialami oleh penuntut ilmu. Karena itu, dalam menuntut ilmu, ikhlaskan niat, tuluskan hati, teguhkan pendirian, kokohkan tekad untuk meraihnya. Sabar dan tabah dalam menghadapi segala kekurangan dalam menuntut ilmu adalah modal yang amat besar, meski biaya yang dimiliki sangatlah sedikit. 

Tidak pernah ada seorang penuntut ilmu yang kaya, dia pasti miskin. Tetapi di atas semua itu, wahai para penuntut ilmu, selalulah bermohon dan berdoa kepada Yang Maha Berilmu, dan Yang Maha Memberi Ilmu, agar dimudahkan jalan dalam mendapatkan ilmu, diberi ketabahan dan kesabaran dalam mengahadapi kekurangan, diberikan jalan keluar untuk meraih ilmu itu. Dengan ilmu Anda akan menguasai dunia. Saya ikut mendoakan untuk kawan-kawan yang sedang menuntut ilmu agar selalu sukses. Amin. 

Wallahu a’lam bi al-shawab. 
Jakarta, Kamis pagi, 22-01-2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS