REALISASI-DIRI SEBAGAI AKTUALISASI-DIRI

Oleh: Mulyadhi. Kartanegara 


A. Mengenal Potensi Diri 

MENURUT Abraham Maslow kebutuhan manusia yang paling tinggi, setelah makanan, cinta dan rasa aman adalah realisasi-diri. Menurut saya realisasi-diri itu sama dengan aktualisasi-diri, dan aktualisasi diri tak lain dari pada mengaktualkan segala potensi yang dimiliki oleh diri kita. Pertanyaannya, bagaimana mungkin kita mampu mengaktualkan diri, sementara kita tak tahu apa potensi-potensi diri kita. Oleh karena itu berikut ini saya ingin mendiskusikan potens-potensi diri yang Allah berikan kepada manusia, sebagai syarat bagi pengaktualan diri. Ada setidaknya ada 6 potensi diri: 

(1) potensi fisik. Allah menciptakan tubuh manusia dengan segala fungsi atau potensinya yang luar biasa. Salah satunya adalah potensi gerak. Sistem kerangka, otot dan saraf telah memungkinkan tubuh kita untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Sistem persendian yang beragam menyebabkan tubuh manusia sebagai mesin yang sangat canggih. Tangan kita misalnya bisa digunakan untuk ribuan fungsi, menulis, merajut, menggenggam, melukis dsb. Potensi gerak memiliki banyak kegunaan. Sayangnya oleh kebanyakan gerak sebagai potensi fisik hanya digunakan untuk tujuan yang sederhana, pergi ke tempat kerja atau sekolah dan kembali ke rumah dan pergerakan yang niscaya saja. 

(2) potensi kedua adalah potensi mental. Potensi mental sebenarnya sangat beragam, salah satunya adalah imaginasi. Sebagai potensi atau daya mental imaginasi sebenarnya sangat besar kekuatannya, karena dengan imaginasi kita bisa menciptakan hal-hal yang luar biasa, menciptakan karya yang fantastik, karena imaginasi bisa menciptakan bentuk-bentuk unik yang tidak bisa ditemukan padanannya si dunia fisik. 

(3) Potensi emosional. Emosi sering ditafsirkan secara negatif, sebagai daya yang merusak. Tapi seperti pernah saya tulis, emosi bisa menjadi sumber inspirasi dan kreativitas. Melalui emosi, seseorang bisa menciptakan karya-karya seni, atau membuat sebuah revolusi. Sayangnya kebanyakan kita tidak memanfaatkan kekuatannya secara benar. 

(4) potensi intelektual. Kekuatan intelektual sangatlah luar biasa besarnya. Potensi ini adalah media lewat mana manusia bisa menyusun berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi manusia. Kebesaran potensi intelektual ini bisa dibayangkan dengan fakta bahwa katanya Einstein saja baru menggunakan 10% dari potensi inteletualnya. Dari sini kita bisa membayangkan besarnya potensi intelektual tsb. Sayangnya seperti pada potensi-potensi sebelumnya, kebanyakan kita kurang memaksimalkan potensi ini. 

(5) Potensi Moral. Potensi moral adalah daya yang Allah karuniakan kepada manusia, dengan mana manusia bisa menjadi orang yang mulia, dihormati, karismatik dan dicintai. Dengan kebesannya manusia bisa menjadi orang jahat atau orang baik tergantung pilihannya. Potensi moral adalah daya yang bisa membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk, dan memilih berbuat baik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia. 

(6) potensi terakhir adalah potensi spiritual. Dengan potensi ini manusia bisa menembus dimensi luhur dari realitas untuk menembus dunia fisik menuju dunia spiritual. Dengan potensi ini manusia bisa membina hubungan mesra bahkan cinta dengan entitas-entitas spiritual seperti malaikat atau Tuhan sendiri. 

Inilah beberapa potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, yang bila diaktualkan akan mengankat manusia pada tingkat dan harkatnyang sangat tinggi, sebagai manusia sempurna, insan kamil. Perrtanyaannya bagaimana cara merealisasikan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut? jawabannya akan disampaikan pada bagian kedua, tentanga aktualisasi-diri. 

B. Mengaktualkan Potensi 
PADA bagian kedua ini, saya akan membahas tentang pengaktualan potensi diri, potensi diri itu sendiri telah kita bahas di bagian pertama. Bagaimana agar kita dapat mengaktualkan diri? Inilah pertanyaan kita sekarang. Untuk membahasnya saya akan coba tidak hanya berteori, tetapi mengambil contoh aktual dari orang-orang yang telah saya anggap berhasil merealisasikan atau mengaktualkan dirinya dalam kehidupan nyata mereka. Mari kita bahas satu-persatu. 

(1) Aktualisasi Potensi Fisik. Seperti telah saya katakan bahwa salah satu potensi fisik adalah gerak. Tapi kebanyakan kita tidak menyadari apa yang potensi gerak bisa berikan kepada kita. Sebenarnya kalau potensi ini kita olah dengan baik, dengan cita-cita yang tinggi, tekad yang kuat, maka potensi gerak ini bisa menjadikan diri kita orang tersukses di dunia. Contohnya adalah Micheal Jordan. Jordan adalah salah seorang yang sadar betul bahwa gerak kalau dikelola bisa membawa kita kepada kesusksesan. Tetapi harus diingat sukses tidak bisa datang dengan sendirinya, ia harus diraih, harus dikejar dengan pengorbanan besar dan tekad yang tinggi. Siapa yang menyangka bahwa Jordan pernah ditolak sebagai pemain basket di SMUnya dengan alasan kurang tinggi sebagai pemain basket. Tapi bukan Jordan kalau ia menerima begitu saja. Ia ngotot ingin masuk dan akhirnya menjadi andalan tim basket SMUnya dan melanjutkannya ketika ia Masuk ke universitas North Carolina. Sempat berhenti sebagai pemain basket dan mencoba main Baseball, tapi dia tinggalkan, ia tidak boleh kehilangan impian utamanya sebagai pemain basket ball, dan terbukti ia berhasil dengan baik di NBA. Dia pernah berkata: "Halangan tidak boleh menghentikan langkah kita Jika dinding merintangi, jangan berbalik untuk menyerah. Carilah segala cara untuk memanjatnya, menembusnya atau mengitarinya”. Itulah antara lain tip kesuksesan Jordan. Sekarang dia digelari sebagai pemain basket terbaik yang pernah dihasilkan Amerika bahkan dunia. Melalui potensi fisik yang kita sebut gerak, dengan kemampuan mengelola gerak ke dalam permain basket, dilandasi pengetahuan teknis dan kepemimpinan tim, Michael Jordan sekarang menjadi salah satu atlit terkaya, penghasilan yang ia kumpulkan sebagai pemain adalah US$ 65 juta, dan penghasilan sampingan dari iklan sebesar 50 juta US$. Salah satu penghasilan utamanya adalah merk sepatu The Jordan Brand keluaran Nike yang penjualan per tahunnya mencapai kurang lebih sembilan trilyun rupiah. 

(2) Akualisasi Potensi Mental. Salah satu potensi mental yang saya telah kemukakan adalah imaginasi. Semua orang tahu bahwa kita semua memiliki apa yang dinamakan imaginasi, tetapi berhenti di situ. Kita tak pernah mengeksplore sejauh mana kehebatan dan keuntungan yang bisa diraih dari pengaktualan potensi ini. Saya akan ceriterakan kisah sukses seorang yang telah mampu mengaktualkan potensi imaginasi dengan baik dalam hidupnya. Ia adalah Joanne Kathleen Rowling, pengaran nover berseri Harry Potter. JK Rowling, berada dalam keadaan genting di awal tahun 90-an dan kekurangan dana, sebagai orang tua tunggal. Tak lama sebelumnya ia ditinggal mati Ibunya yang sangat dicintai kemudian bercerai dengan suaminya tak berselang lama. Dalam kondiri seperti itu ia berpikir keras untuk mengatasinya. Ia ingin mencoba keuntungannya melalui daya imaginasi yang dimilikinya. Dalam perjalanan dari Menchester ke London ia mendapat inspirasi untuk menulis Harry Potter. Sejak itu ia tidak tinggal diam, dia berusaha keras untuk mengaktualkannya. Ia mempunyai bakat menulis yang sudah ia bina semenjak umur 4 tahun. Bakat menulis dikombinasikan dengan daya imaginasinya dan tekad yang tinggi membuat ia bersikeras untuk memulai menulis draft Herry Potter pada tahun 1990. Tapi saya kasih tau ini bukan proses yang mudah. Diperlukan waktu tujuh tahun untuk merampungkan Harry Potter jilid pertama, dan sempat 8 kali ditolak oleh penerbit sampai akhirnya diterima oleh penerbit Bloomsbury. Dan setelah terbit ia menjadi best seller! Kini berkat daya imaginasi yang diaktualkan lewat tujuh seri Harry Potter menjadi ladang pengahasilan Rowling yang fantastik. Ditambah lagi dengan sukses filmnya, kini orang tua tunggal yang dulu bingung cari makan karena kekurangan dana menjadi novelis terkaya di dunia, dengan penghasilan 1 milyar dollar Amerika atau 9 triliyun rupiah! Terbayangkah ia akan seberhasil seperti itu, andaikan ia berpangku tanagn dan, seperti kebanyakan kita, tidak mau mengolah daya imaginasinya? Tidak mungkin. Pertanyaan sekarang buat kita, "tidakkah mungkin bagi kita untuk menjadi seperti dia, kalau kita mau dengan tekad yang sangat kuat untuk maksimalkan daya imaginasi kita? Jawabnya kenapa tidak. 

(3) Aktualisasi Potensi Emosional. Seperti telah disinggung sebelumnya, potensi emosional merupakan daya hidup yang sangat penting. Memang kalau dibiarkan tanpa kendali daya ini bisa sangat merusak. Tapi kalau dikendalikan dan dikelola dengan baik, maka potensi emosional akan sangat hebat dan luarbiasa hasilnya. Berikut akan saya tunjukkan dengan contoh historis, dari orang-orang yang telah mampu mengaktualkan potensi ini dengan baik. Potensi emosional tentu bisa mengambil bentuk yang berbeda-beda, tapi di antara yang paling menonjol adalah Cinta. Cinta telah menginspirasi karya-karya agung sastra, seperti Laila Majnun karangan Hakim Nizami, Yusuf dan Zulaykha karangan Abdurrahma Jami', Romeo and Juliet karangan William Shakespeare. Demikianlah karya-karya puisi cinta tak henti-hentinya menginspirasi jiiwa manusia yang kreatif. Kerinduan saya pada seorang kekasih yang terpisah jauh telah menggoreskan ratusan puisi pada tahun 1990-1991 yang dihimpun dalam sebuah buku berjudul Tiara: Sebuah Nyanyian Cinta. Contoh historis yang akan saya ambil adalah karya puisi mistik Jalaluddin Rumi, Karya ini merupakan ungkapan cinta dan kerinduannya kepada guru yang sangat dicintainya Syamsuddin Tabrizi, ketika yang beliau meninggalkan Rumi atas desakan murid-muridnya Rumi yang cemburu. Kerinduannya yang sangat dalam kepada gurunya yang hilang, telah menginspirasi beliau untuk menggoreskan puisi sufistik terindah yang begitu mengharukan dan penuh nilai spiritual yang terhimpun dalam koleksi besar,36,000 bait, yang disebut dengan Divan-i Shams-I Tabriz atau Divani-i Kebir.. Kekagumannya pada gurunya begitu besar sehingga beliau disebut sebagai manusia ilahi (the man of God), dan kerinduannya ia tunjukkan dengan selalu menyebut nama Syamsuddin di akhir bait puisinya. Berikut adalah salah satu contoh puisi untuk Gurunya yang ia sebut manusia Ilahi: manusia ilahi mabuk tanpa anggur/manusia ilahi kenyang tanpa daging/manusia ilahi bingung dan terasing/manusia ilahi tidak makan dan tidur/manusia ilahi raja dengan pakaian darwisy/manusia ilahi adalah pusaka di dalam puing-puing reruntuhan/manusia ilahi bukan dari jenis udara atau tanah/manusia ilahi bukan dari jenis api atau air/manusia ilahi adalah lautan tanpa batas/manusia ilahi adalah hujan mutiara tanpa awan/manusia ilahi punya ratusan bulan dan langit/manusia ilahi punya ratusan matahari/manusia ilahi menjadi bijak karena Kebenaran/manusia ilahi tidak belajar dari buku/manusia ilahi melampaui identitas dan agama/manusia ilahi telah disingkirkan dari ketiadaan/manusia ilahi tersembunyi (dalam diri) Syamsuddin/manusia ilahi apakah telah kau cari dan temukan? 

(4) Aktualisasi Potensi Intelektual. Potensi intelektual adalah potensi yang menjadi ciri khas manusia. Manusia adalah makhluk rasional yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Potensi intelektual manusia sangat besar dan dalam. Sayangnyaa kebanyakan kita tidak berusaha menggalinya dengan serius. Tetapi kalau ada di antara manusia yang serius menggarapnya, hasilnya akan sangat luar biasa bahkan sulit untuk dipercaya, menjadi lautan ilmu dan sumber cahaya yang berguna bagi kehidupan manusia. Tersebarlah kabar bahwa seorang Ibn Sina (w. 1037), filosof besar Muslim dengan semangat dan tekad yang sangat besar dan kecintaannya pada kebenaran, telah menyelesaikan 28.000 masalah filsafat yang diperdebatkan oleh rekan dan pendahulunya hanya dalam waktu 6 bulan dalam bukunya yang berjudul al-Inshaf (the Fair Judgement). Itu berarti setiap harinya beliau berhasil menyelesaikan lebih dari 150 masalah-masalah filsafat yang pelik Andaikan satu maslah memerlukan 1 halaman, maka berarti ia telah menulis 28.000 halaman dalam waktu 6 bulan, dan lebih dari 150 halaman setiap hari secara berturut-turut selama 6 bulan. Tekadnya yang kuat dan menggebu menyebabkan beliau hampir tidak punya waktu untuk tidur selama masa itu. Luar biasa bukan? Pertanyaan untuk kita sendiri adalah, berapa masalah yang kita selesaikan dalam waktu 6 bulan? Kebanyakan kita bukan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah. Sayang, setelah selesai ditulis dalam 20 jilid besar-besar, kitab al-Insyaf tersebut dirampok dan hanya sebagian yang lestari (survive). Tapi harus diingat, bahwa kitab al-Insyaf ini bukan satu-satunya kitab, yang ditulis Ibn Sina, melainkan hanya satu di antara 220 karyanya. Di antara karya besar lainnya lain yang beliau hasilkan adalah kitab al-Syifa’ (6300 halaman) terdiri dari 23 vol. dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. 9 di bidang logika (a.l. Isagogi, Topika, Demonstrasi, Silogisme, Dialektika, Retorika, Sofistika dan Puitika), 8 buku di bidang fisika (Astrofisika, Meteorologi, Fisika Dasar, Kimia, Miniralogi, Botani, Zoologi dan Psikologi), 4 di bidang matematika (Aritmetika, Geometri, Astronomi dan Musik) dan 2 di bidang metafisika (Teologi dan Eskatologi). Dan karya ini telah menjadi karya yang sangat terkenal bukan hanya di dunia Islam tapi juga di dunia Barat setelah buku ini diterjemahkan pada abad 12 ke dalam Bahasa Latin dan Ibrani, Bahkan selama berabad-abad menjadi textbook yang digunakan di berbagai universitas unggulan di Eropa. Inilah potensi intelektual, kalau sudah kita aktualkan. 

(5) Aktualisasi Potensi Moral. Kalau potensi intelektual memungkinkan manusia membedakan antara yang benar dan salah, potensi emosional membedakan antara yang indah dan jelak, maka potensi moral memungkinkan manuisa membedakan antara yang baik dan buruk. Mengetahu baik dan buruk adalah penting, tapi lebih penting lagi adalah menjalankan apa yang baik dan menghindarkan apa yang buruk, karena dengan melakukan ya g baik dan menghindarkan yang buruk manusia akan meraih kebahagiaan jiwanya, dan dengan melakukan perbuatn yang buruk, jiwa manusia akan menderita, sekalipun mungkin pada awalnya akan merasakan kesenangan yang bersifat fiisik. Begitu pentingnya soal moral atau akhlak ini, sehingga agama Islam menjadikannya sebagai tujuan utama diturunkannya agama Islam. nabi bersabda: انما بعثت لاتمم الاخلاق yang artinya "aku diutus (Allah), semata-mata untuk menyempurnakan akhlak. Untuk mengintensifkan pelaksanan akhlak ini maka Allah menurunkan syari'ah yang kadang memberikan hukuman wajib bagi perbuatan yang baik, dan memberi hukuam haran bagi perbuatan buruk tertentu, atau sunnah dan makruh, dan mubah, bagi sebuah perbuatan yang dinilai netral. Tentu saja secara historis, maka nabi Muhammadlah yang paling sempurna mengaktualkan potensi moral ini. Dan ini dibuktikanoleh al-Qur'an sendiri, bahawa beliau memiliki akhlak yang agung (انك لعلى خلق عظيم) dan sebagai "teladan yang paling baik".(uswatun hasanah). Untuk merealisasikan atau mengaktualkan potensi moral ini, maka latihan sejak diri, dengan cara mebiasakan melakukan akhlak yang mulia ini sehingga nilai-nilai moral ini tertanam dengan kuat. Perlua perjuangan dan pengorbanan untuk membunuh dorongan-dorongan jahat, yang dilambangkan dengan dengan pembelekan hati Rasulullah. Dan sejak usia belia, beliau sudah dikenal dengan sifat-sifat mulia, seperti jujur (siddiq), terpercaya (al-Amin), menyampaiakan amanat atau pesan (tabligh) dan cerdas (fathanah). Dengan pengaktualam potensi ini, maka rasulullah meraih sukses dalam banyak sekali hal, misalnya sebagai pedagang, dengan kejururannya, sebagai pendakwah karena dia dikenal jujur dan dapat dipercaya, sebagai pemimpin karena integritasnya antara kata dan perbuatan, sebagai suami, sebagai orang tua, sebagi tetangga, sebagai ahli perang, sebagai pengatur strategi, sebagai penyantun kaum dhuafa, sebagai perenung, sebagai pendidik, sebagai pencinta Allah, sebagai spiritualis dan prestasi-prestasi lainnya yang luar biasa. Akhirnya dia dicintai, bukan hanya oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan, dan menjadi manusia paling berpengaruh di dunia menurut versi Michael Heart. 

(6) Aktualisasi Potensi Spiritual. Seperti potensi lainnya, potensi spiritual juga memberikan kemampuan tertentu pada manusia, yaitu kemampuan untuk mengenal mana Kebenaran atau Keindahan yang sejati dan mana yang palsu, mana yang abadi mana yang fana. Kemampuan ini sangat sangat penting bagi mereka yang ingin menemukan Kebenaran sejati dan merindukan kebahagiaan yang abadi, bukannya kebahagian atau kesenangan sesaat dan lekas layu. Saya boleh mengatakan bahwa pada level ini kaum mistik atau para sufi telah secara maksimal mengaktualkan potensi rohani ini. Tetapi untuk mengaktualkan potensi ini, para sufi harus menjalani disiplin rohani yang sangat berat, yang disebut dengan riyadhat ruhani, yang mereka dengan sungguh-sungguh dan dengan bimbingan seorang mursyid, karena hanya dengan begitu maka transformasi diri, sebagai syarat untuk sampai ke tujuan, bisa tercapai. Waktu saya berkunjung ke makan Jalaluddin Rumi di Konya pada tahu 2007 maka saya dihantar terlebih dahulu ke sebuah tempat yang disebut rumah pengolahan, semacam dapur, di mana pengolahan makanan, diproses. Di situ murid di Tarikatnya digambarkan seperti sayur-sayuran mentah yang siap dan harus mau diolah dengan cara dimasak sehingga menjadi makanan yang siap untuk dimakan. Kembali kepada kemampuan manusia mengenal Keindahan Tuhan yang sejati, Keindahan sejati ini dalam sejarah telah menyebabkan seorang Rabi’ah al-Adawiyyah, misalnya, mampu meraih cinta ilahi yang luar biasa dalam dan intensnya, sehingga menyatakan, “Cintaku pada Allah, begitu penuh memenuhi rogga hatiku, sehingga taka da satu ruang kecilpun bagiku untuk membenci syetan.” Keindahan yang sama telah menyebabkan banyak sufi mencampakkan segala macam keindahan yang dan harta benda duniawi, seperti yang dilakukan Ibrahim bin Adham ataupun Farid al-din ‘Aththar. yang disebut oleh Rumi sebagai dunia ganda, Keindahan dunia, bagi mereka adalah semu, karena semua keindahan dan keutamaan yang kita temuakan di dunai tak lain dari pada bayangan keindahan dan kekayaan sejati Tuhan. Bagi mereka yang tahu (arif) tidaklah masuk akal harus memburu keindahan yang semu, sementara mencampakkan yang sejati. Rumipun berseru, “Telah kutinggalkan dunia ganda, kuburu hanya satu, kupuja hanya satu, ya Huw, ya man huw”. Kalau keindahan dunia saja sudah bisa membuat kita mabuk kepayang, apalagi keindahan yang sejati. Keindahan ilahi telah menumbuhkan kerinduan yang dahsyat dari para sufi, sehingga keinginan untuk berjumpa. Beribu-ribu bait pusi cinta pada Allah telah digoreskan dalam karya utama Rumi, Matsnawi. sedangkan Ba Yazid telaha menceriterakan kerinduan dan persatuannya dengan Allah dalam konsep ittihadnya. Konsep fana dan baqapun tidak bisa dilepaskan dari kerinduan yang sejati ini, di mana keindahan Allah yang membakar dan memotong segala yang lain kecuali Dia. Dalam kondisi menyatu seperti ini, maka seorang hamba merasa lenyap (fana) dan hanya merasakan keberadaan Tuhan yang disebut dengan baqa’. Dalam kondisi spiritual seperti inilahmaka al-Hallajpun berseru “ana al-Haqq’, Aku adalah Kebenaran,. “Ketika api cinta telah membakar,” kata Rumi, “apa yang tersisa? Tak ada. kecuali Dia.” Dalam puisi yang lain Rumi menggambarkan persatuannya dengan Tuhan, “Tak kusangga Kau yang di sana, dan aku yang di sini, kini bertemu di taman sepi ini sendirian saja, Kau dan aku. Dua tubuh satu jiwa, itulah Kau dan aku.” Kerinduan kepada Allah telah mendorong para sufi dan filosof untuk melalui latihan spiritual yang hebat, untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang digambarkan lewat karya-karya agung mereka. Ibn Sina menggambarkan pengembaraam spiritualnya dalam Risalat al-Thayr, demikian juga ‘Attar dalam bukunya Manthiq al-Thayr, dan Muhammad Iqbal dalam bukunya Javid Namah. Tetapi tentu kita tahu semua bahwa di atas itu semua, Nabi Muhamamdlah satu-satunya manusia yang telah mencapai tinggat tertinggi kedekatan spiritual dengan Tuhan, sang Kekasih, ketika beliau ber mi’raj ke Sidrah al-Muntaha, di mana beliau melampaui kedekatan malaikat Jibril as kepada-Nya. Semakin dekat dekat dengan Sang Kekasih, maka semakin bahagialah seorang manusia, dan karena Nabi kita mencapai jarak yang terdekat, maka dapat dipastikan beliaulah manusia yang paling berbahagia itu. Semoga bermanfaat. 17/9/14 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS