Watak Biadab Yahudi

"Sungguh engkau dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang menyekutukan Allah..."(QS. Al-Maidah [5]: 82).
Ayat tersebut menegaskan bahwa watak Yahudi memang selalu melakukan permusahan kepada kaum beriman. Gaza kini luluh lantah dibombardir pasukan Zionis, sementara negera-negara Barat, terutama Amerika Serikat, seolah bungkam dan menjadi penonton kebiadan Zionis di bulan Ramadhan ini. Sungguh memalukan dan memilukan bahwa Amerika Serikat yang mengaku sebagai polisi dunia tidak bereaksi sama sekali untuk menghentikan kebiadan Yahudi.

Permusuhan Yahudi dalam sejarahnya, antara lain, berupa penolakan ayat-ayat Allah, pembunuhan para Nabi yang diutus kepada mereka (QS. Al-Baqarah [2]: 61), pengingkaran terhadap janji-janji yang mereka buat sendiri (QS. Al-Baqarah [2]: 100), dan selalu melalukan persekongkolan jahat untuk memusuhi kebenaran (QS. al-Anfal [8]: 30). 

Kebiadaban Ziaonis Yahudi sungguh tidak berperikemanusiaan.
Yahudi memiliki watak seperti itu karena ”merasa” sebagai bangsa yang ”dianak-emaskan” oleh Allah. ”Wahai Bani Israel, ingatlah nikmat Allah yang telah Aku berikan kepada kalian. Sungguh Aku telah memberikan keutamaan kepada kalian melebihi bangsa lain di muka bumi” (QS. Al-Baqarah [2]: 47). Padahal kelebihan yang dimaksud dalam ayat itu bersyarat, yaitu: jika mereka mau beriman kepada Allah, mematuhi ajaran-Nya, dan mensyukuri nikmat-Nya. Yahudi yang meyakini bahwa Uzair itu anak Allah kemudian menjadi bangsa yang sangat sombong dan arogan. Arogansi Yahudi diwujudkan dalam berbagai bentuk tindak kekerasan, seperti: perampasan tanah Palestina, tindakan teror, pembantaian, pembunuhan, dan agresi terhadap bangsa lain seperti yang saat ini sedang terjadi.

Ketika Nabi Muhammmad SAW. hijrah ke Madinah dan melakukan "kontrak sosial politik” dengan warga Madinah untuk hidup bersatu, rukun, dan damai, orang-orang Yahudilah yang mula-mula mengingkari janji dengan memusuhi Nabi SAW. Salah satu wataknya yang sangat buruk adalah licik dalam bersekongkol demi kejahatan dan menghalalkan segala cara.

Kelicikan Yahudi di Madinah untuk memusuhi Rasulullah seakan tiada henti. Setelah berbagai makar dilakukan tidak berhasil melemahkan Islam dan memecah belah kesatuan umat Islam pada masa itu, sekelompok Yahudi seperti Salam bin Ubay al-Haqiq, Huyai ibn Akhtab al-Nadhri, Kinanah bin al-Rabi’ bin Ubay dari kalangan Bani Nadhir, pergi ke Mekkah untuk bersekongkol dan memprovokasi kaum Quraisy untuk memerangi Rasulullah SAW.

Kepada kaum Quraisy, Salam dkk menyatakan: ”Kami akan bersama kalian memerangi Muhammad SAW hingga kita memperoleh kemenangan.” Pimpinan Quraisy kemudian bertanya: ”Wahai orang-orang Yahudi, kalian adalah ahlul kitab yang pertama. Kalian juga mengetahui bahwa kami berbeda dengan Muhammad. Apakah agama kami lebih baik daripada agamanya (Muhammad)? Orang Yahudi itu menyatakan: ”Agama kalianlah yang lebih baik daripada agamanya, dan kalianlah yang lebih benar!"

Di bawah pimpinan Abu Sufyan, kaum Quraisy pun terprovokasi untuk memerangi Rasulullah dengan mengerahkan tentaranya untuk mengepung Madinah. Setelah mendengar rencana jahat itu, Rasulullah menyiapkan strategi perang dengan menggali parit (khandaq) di sekeliling kota Madinah atas usul Salman al-Farisi. Provokasi licik Yahudi ini kemudian memicu terjadinya perang Khandaq. 
Setelah persekongkolan jahat Yahudi dengan Quraisy gagal memerangi Rasulullah, beberapa komunitas Yahudi Madinah juga berencana membunuh Nabi. Karena itu, ketika pulang dari perang Khandaq dan meletakkan senjatanya, Jibril menemui Nabi SAW sambil bertanya: ”Engkau letakkan senjata? Demi Allah, kami tidak meletakkan senjata. Pergi dan perangilah orang-orang Yahudi yang berniat jahat itu. Jibril kemudian menunjukkan Bani Quraidhah. Nabi pun kemudian pergi mengepung Bani Quraidhah. Karena mereka tidak mau menyerah dan mematuhi piagam Madinah, maka mereka pun akhirnya diperangi oleh Rasulullah dan diusir dari Madinah.

Dalam menghadapi watak Yahudi yang sangat biadab dan keras permusuhannya terhadap Islam dan umat Islam itu, Rasulullah secara tegas memerangi komunitas Yahudi Madinah (Bani Nadhir, Bani Quraidlah, Bani Qainuqa’) dan Yahudi yang ada di luar luar Madinah, sehingga terjadi perang Khaibar. Ingatlah, permusuhan Yahudi terhadap Islam tidak akan pernah surut. Firman Allah: ”Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah rela [untuk tidak memusuhi Islam] sebelum kalian mengikuti millah (agama, ideologi, pola pikir) mereka... (QS. Al-Baqarah [2]: 120).

Karena itu, umat Islam saat ini harus bersikap tegas dalam melawan watak agresif Yahudi dengan jihad multidimensi (jihad dengan harta, jihad dengan jiwa-raga, jihad dengan pemboikotan produk mereka, jihad dengan doa, dan sebagainya). Selain itu, umat Islam harus bersatu membantu perjuangan (dengan aneka bantuan, termasuk doa) rakyat Palestina yang terus-menerus dizhalimi dan diteror oleh Israel yang biadab dan tidak berperikemanusiaan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS