Khutbah Jumat; Memaknai Makna Ramadhan

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah 
Marilah pada saat yang berbahagia ini, kita semua, untuk bersama-sama berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. yakni dengan senantiasa bersungguh-sungguh dan sekaligus melaksanakan dengan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah SWT dan berusaha meninggalkan apa yang menjadi larangan Allah SWT, sehingga kelak kita termasuk kedalam golongan hamba-hambaNya yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat kelak, amin-amin ya rabbal ‘alamin. 

Hadirin Jamaah Jumat rohimakumullah 
Alhamdulillah Sekarang kita berjumpa lagi dengan bulan Suci Ramadhan, dan hari ini kita sudah memasuki hari yang keenam, ini berarti romadhan terus berjalan dan pada saatnya akan meninggalkan kita. Untuk lebih menganal bulan ramadhan ini mari kita pahami dulu apa itu bulan ramadhan?? 

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidha-yarmadhu yang pada mulanya berarti: membakar, terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena kebetulan saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa ini, udara atau cuaca di Jazirah Arabia sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering. 

Adapun sesuatu yang dibakar bisa dua kemungkinan. Pertama, yang dibakar biasanya adalah sesuatu yang kotor; seperti sampah yang berserakan di pelataran rumah, yang setelah dikumpulkan lalu kita bakar. Biasanya, setelah itu pelataran rumah menjadi bersih. Atau kemungkinan yang kedua, sesuatu yang dibakar biasanya benda seperti besi. Oleh si pandai besi, besi dipanaskan lalu dibakar, besi kemudian memuai dan setelah itu mudah baginya untuk membentuk dan menciptakan apa pun sesuai seleranya. Bisa jadi besi tadi menjadi pisau, keris, pedang, atau yang lainnya. 

Hadirin Jamaah Jumat rohimakumullah 
Ramadhan dengan arti pembakaran, itu berarti yang kotor-kotor dari diri kita harus dibakar. Hidup kita kotor karena dosa dan kemaksiatan yang tumpuk-menumpuk. Pelataran kehidupan pun seperti dipenuhi oleh sampah-sampah kesalahan yang berserakan sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan dalam hidup. Ramadhan datang, berarti kesempatan terbesar buat kita untuk membakar semua bentuk kesalahan dan dosa sehingga kehidupan menjadi bersih dan nyaman. Bahkan, dari proses pembakaran pada Ramadhan ini akhirnya bisa membentuk dan menciptakan diri kita sesuai selera kebaikan, yaitu insan yang bertakwa. Sebagaimana Firman Allah SWT di dalam Al-quran: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS al-Baqarah [2]: 183). 
Selain itu, Ramadhan juga berarti “mengasah”, karena masyarakat Jahiliyyah pada bulan Ramadhan mempunyai tradisi mengasah alat-alat perang (pedang, pisau, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk “mengasah” jiwa, mengasah ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat “membakar” sifat-sifat tercela dan “lemak-lemak dosa” yang ada dalam diri kita. 

Dengan berakhirnya ramadhan nanti kita menjadi tajam dalam beribadah dan taat kepada Allah SWT. Kerena telah sebulan penuh kita diasah untuk menjadi mukmin yang taat dan terbiasa menjalankan ibadah. 

Hadirin jamaah jumat yang dimuliakan Allah 
Ramadhan yang sedang kita jalani saat ini juga penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang disandangkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan. 

Pertama, ramadhan disebut juga Syahr al-Qur’an (bulan al-Qur’an), karena di bulan Ramadhan al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan di bulan ramadhan ini. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menjadi al-Qur’an sebagai “hidangan spiritual” kita. 

Dengan hadir ramadhan kita semakin giat membaca Alquran, dengan hadir ramadhan kita semakin gencar untuk mempelajari alquran, dan dengan hadirnya ramadhan kita bisa kembali mengingat bahwa Alquan merupakan kitab suci yang diberikan Allah SWT kepada ummat Muhammad SAW sebagai petunjuk kejalan yang lurus dan sebagai pedoman selama kita hidup didunia ini untuk selamat nanti diakhirat 

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan puasa wajib), karena hanya Ramadhan merupakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT: 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ 
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS Albaqarah/2: 185). 

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca al-Qur’an), karena di bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus al-Qur’an beliau dari awal hingga akhir. Tadarus yang dicontohkan Nabi SAW tidak semata-mata membaca al-Qur’an secara verbal, melainkan juga perlu dibarengi dengan pemahaman dan pengamalan nyata. 

Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpahan rahmat dari Allah Swt.), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar bulan Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar. Akses keburukan yang menjerumuskan kepada nereka ditutup. Amal kebaikan dilipatgandakan oleh Allah hingga takterbatas. Disediakan pula fasilitas I’tikaf dan paket lailatul qadar yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa’i dari Abu Hurairah 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ 

Dari sahabat Abu Hurairah r.a. beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda : “Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.(HR. An-Nasa’i) 

Hadirin Jamaah Jumat rohimakumullah 
Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Disebut demikian, karena Allah SWT menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri kita dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: 

من صام رمضان إيمانا واحتسابا ، غفر له ما تقدم من ذنبه 

“Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari 

Keenam, Syahr al-’Id (bulan yang berujung/berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan, dan diakhiri dengan perayaan idul fitri yang penuh kebahagiaan juga. Kemenangan dalam berhari raya tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berpunya. Fakir miskin juga diharapkan merasakan hal yang sama, dengan diberikan zakat fitrah, sedekah dan lainnya, sebagai manifestasi dari sikap empati dan kesediaan berbagi kepada mereka untuk merasakan kebahagiaan. 

Ketujuh, Syahr al-Jud (bulan kedermawanan), karena di bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan di bulan suci. 

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran) karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian. 

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Allah) karena di dalamnya Allah melipat-gandakan pahala bagi orang berpuasa. 

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna dan kesemua nama-nama Ramadhan itu bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, melawan egoisme, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual maupun sosial. 

Jamaah jumat rohimakumullah 
Mudah-mudahan dari khutbah yang singkat ini, kita bisa mengambil makna dari semua perintah-perintah Ibadah dibulan ramadhan ini, sehingga kita bisa menjadi muslim yang taat dalam beribadah, bukan taat kerena dorongan lingkungan dan bukan juga taat kerena desakan dari rasa tidak enak kepada tetangga dan saudara. Mari kita meningkatkan amal kita supaya predikat taqwa bisa kita capai. Aamiin aamiin ya rabbal alamin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS