Hikmah Perbedaan Waktu Shalat

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nisaa’: 103)

Allah swt. menyampaikan perintah shalat kepada Nabi Muhammad saw. ketika peristiwa Isra dan Mi’raj, dengan lima waktu yang berbeda-beda dalam sehari semalam. Yaitu ketika tampak fajar di bawah ufuk sebelah timur (Subuh), ketika tergelincirnya matahari (Zuhur), ketika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri (Ashar), ketika tenggelamnya matahari (Maghrib) dan ketika hilangnya mega merah (Isya’).

“ Dari perbedaan waktu shalat itu, jelas sekali bila Allah swt. selalu mengingatkan kita sebagai hamba-Nya agar menyembah Tuhan yang telah menciptakannya”. Dan hal tersebut ternyata mengandung hikmah besar yang sudah digali dan diteliti oleh beberapa Ilmuwan diantaranya : 

Sebuah Penelitian bersumber dari National Geographic 2002 Road to Mecca menyebutkan, Doktor Neurologi sekaligus Muallaf asal Amerika Serikat, Dr. Fidelma menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak Manusia memerlukan darah yang cukup supaya otak berfungsi normal.

Darah tersebut akan memasuki urat saraf di dalam otak hanya di saat-saat tertentu, ketika seseorang melakukan shalat, yaitu ketika sujud. Dan Subhanallah, shalat yang dilaksanakan dalam lima waktu yang berbeda, adalah saat ketika urat saraf di otak kita tersebut memerlukan pasokan darah.

Selain mengandung hikmah dibalik penetapan waktu yang berbeda-beda, shalat juga mengandung efek positif bagi seluruh segi kehidupan manusia. Aspek tersebut mencakup; aspek kesehatan fisik, aspek kesehatan spiritual hingga aspek ekonomi seorang Muslim.

Orang yang disiplin shalat, Insya Allah akan memperoleh kelapangan rezeki, keberkahan harta. Cuma untuk menjamin kedisiplinan ini dibutuhkan sebuah amalan yang terjaga, yaitu menjaga wudhu setiap saat, membiasakan baca Al-Qur’an dan membiasakan hidup dalam Majelis Ta’lim/Majelis Ilmu Agama.

Tentang relasi disiplin shalat dengan aspek ekonomi seorang Muslim dikarenakan orang yang disiplin mengerjakan shalat tepat waktu akan memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Jika kita tidak menghargai waktu, jangan berpikir etos kerja yang tinggi. Orang yang tidak menghargai waktu pasti orang yang sangat lalai. Artinya orang yang tidak mampu mengelola waktunya berarti etos kerjanya lemah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS