Pandangan keliru tentang kematian

Kematian selalu dilihat sebagai sesuatu yang mengerikan. Pandangan seperti ini memang tidak salah. Kematian adalah peristiwa tragis dan menyedihkan, sehingga banyak orang bahkan hampir semua mahkluk yang bernyawa takut akan mati. Ini berarti bahwa hidup tentu lebih baik daripada mati. Tetapi betapapun mengerikan, kematian adalah suatu kejadian yang mutlak yang tidak terelakkan oleh siapapun. Hidup ini berarti hanyalah proses pasti menuju tragedi itu, dan hidup hanya menanti “kesengsaraan”, hidup adalah guyon yang mengerikan (awful joke), sementara Tolstoy menyebut hidup sebagai tipuan dungu (stupid fraud). Jadi untuk apa manusia hidup? Apakah tidak lebih baik tetap dalam ketiadaan yang tanpa masalah? 

Kaum pesimistis berpendapat bahwa dalam hidup tidak ada kebahagian yang sejati. Semua kebahagiaan di dunia ini hanyalah semu belaka, jika ada orang yang berbahagia, maka kebahagiaan itu memang benar adanya. Tapi sangat sulituntuk menggambarkan kebahagiaan. Paling-paling untuk menggambarkannya, kebahagian dapat diodefinisikan secara negative bahwa kebahagiaan adalah tidak adanya kesengsaraan. Sesuatu yang positif dalam diri manusia seperti organ tubuh yang lengkap, tidaknya dianggap sebagai kebahagiaan. Kerena hal itu sudah dianggap biasa dan lumrah. Sama halnya dalam keadaan sehat. Tetapi jika manusia mengalami kecelakaan dan patah tulang kakinya, maka timbullah kesengsaraan. Dan dalam keadaan sakit baru merasa betapa bahagiannya ketika sedang sehat. 

Meskipun nmasa lalu senantiasa dirindukan dan masa depan selalu diimpikan, tetapi semua itu tidak riil dan hakiki, yang hakiki hanyalah “sekarang” tetapi kerena sekarang itu terdiri dari deretan atom waktu yang selalu bergerak menjadi masa lalu, maka sekarangpun bukanlah hal yang memadai. Sehingga sesungguhnya segala yang lalu telah tiada, segala yang akan datang belumterjadi, dan segala yang ada sekarang tidak memadai. Lalu untuk apa manusia hidup? Bukankan keberadaan kita di dunia ini adalah peristiwa yang terjadi secara kebetulan belaka, tanpa makna dan tujuan hidup? Tolstoy mengajukan bunuh diri sebagai solusi terbaik masalah hidup manusia, dan menyebut orang yang bunuh diri sebagai orang yang kuat dan luar bias, tetapi ia sendiri tidak memasukkan dirinya sebagai kelompok orang-orang istimewa itu. 

Lawan kaum pesimistis adalah golongan optimis, yang memandang hidup ini adalah penuh makna, bertujuan dan bukan peristiwa yang kebetulan belaka. Golongan optimisme dan juga kelompok atheis juga berpendapat bahwa tidak masuk akal jika kematian itu lebih baik dari pada hidup. Oleh kerena itu, mereka melupakan kematian. 

Bagaimanapun hidup adalah lebih baik daripada mati dan memberikan kesempatan untuk hidup kepada seseorang itu lebih baik daripada pembunuhan. Hidup ini adalah penuh makna dan memiliki tujuan serta tidaklah sia-sia belaka.

Postingan populer dari blog ini

Khutbah Jumat; Menepati Janji

Profil Singkat KH. Muhammad Bakhiet

SYAIR ABU NAWAS