KULIAH RAMADHAN XXVI
Prof. Mulyadhi Kartanegara
Catatan: mungkin ini dalah kuliah terakhir Ramadhan kita, tetapi jelas bukan terakhir dari kuliah Tasawuf kita. Kuliah berikutnya akan saya sampaikan setelah lebaran. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan permohonan maaf, bila ada dari materi kuliah ini yang keliru, maka mohon dibukakan pintu maaf, tapi tentu itu tidaklah saya sengaja. Itu adalah kekeliruan manusiawi karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Karena itu kepada siapa saja yang memiliki pengetahuan yang lebih baik dan lebih benar dari para ulama, dan urafa, mohon sekali koreksiannya agar kekeliruan ini tidak menjadi sesuatu yang dianggap benar. Terus terang banyak yang saya sampaikan dalam kuliah ini merupakan penafsiran subjektik saya sebagai penulisnya, semacam hasil sebuah ijtihad, yang kalau salahpun semoga tetap mendapat satu pahala, dan kalau benar mudah-mudahan mendapat dua atau lebih pahala, lebih-lebih ini disampaikan pada bulan suci ramadhan. Tidak ada sepercikpun niat untuk sengaja menyimpangkan ajaran agama atau akidah Islamiyyah yang kita sangat cintai ini, jadi kalau ada kekeliruan itu murni datang sepenuhnya dari keterbatasan dan kelemahan saya sendiri. Semoga, kuliah-kuliah yang saya sajikan ini akan tetap memberikan pencerahan dan petunjuk bagi siapa saya yang betul-betul mencari kebenaran, dan mengharap hidayah dari-Nya. Dan sekalian, saya juga ingin mengucapkan selamat hari raya idul fithri, mohon maaf lahir dan batin baik atas nama pribadi, maupun keluarga tercinta saya.
BabII: Fasal 12: DUNIA MAKNA (SPIRITUAL)
(Bagian Kedua)
Kita sudah mendiskusikan dengan singkat realitas-realitas potensial sebagai salah satu "penghuni" dunia makna, adapun unsur kedua dari dunia makna atau spiritual ini adalah apa yang mungkin disebut sebagai entitas-entitas arketipikal (archetypical entities). Seperti ide-ide Platonian, entitas-entitas arketipikal adalah berbeda dengan ralitas-realitas potensial atau entitas-entitas yang tetap, karena dalam kaitannya dengan benda-benda kongkrit yang ada di dunia (mawjudat), mereka adalah semacam prototip-prototip ontologis. Dengan kata lain mereka adalah prinsip ontologis bagi mawjudat.
Berbeda dengan realitas-realitas potensial, yang disebut oleh para sufi sebagai "al-a'yan al-tsabitah," realitas-realitas arketipikal-ontologis mereka rujuk sebagai asma' (nama-nama) dan sifat, yakni nama-nama dan sifat-sifat Allah. Jadi bagi para sufi al-asma' al-husna (nama-nama yang indah) tidak lain daripada realitas-realitas arketipikal yang mengejawantah (bertajalli) dalam bentuk benda-benda kongkrit. Jadi apapun yang ada di dunia ini semuanya merupakan manifestasi atau penjelmaan dari sifat-sifat Tuhan.
Banyaknya benda yang kita jumpai di alam semesta ini menunjukkan bahwa sifat-sifat Tuhan pun amatlah banyaknya, bahkan tak terbatas. 99 nama indah itu adalah nama-nama utama yang masih punya "turunan" yang tak terhingga jumlahnya, namun yang 99 itupun sebenarnya masih berinduk pada nama-nama terbesar yaitu Kehidupan (al-Hayy) , Pengetahuan (al-'Ilm) Kehendak (al-Iradah) dan Kekuasaan (al-Qudrah). Dikatakan menginduk karena keempat nama utama tersebut kemudian dibagi ke dalam 99 atau 101 nama-nama ilahi. Pada gilirannya, nama-nama tersebut ini dibagi lagi ke dalam bagian-bagian yang tak terbatas jumlahnya. Bagian-bagian yang tak terbatas ini tidak lagi disebut nama, tetapi entitas-entitas arketipikal yang bertindak sebagai prinsip-prinsip atau sumber-sumber ontologis bagi semua wujud individual yang ada di dunia manifestasi. Sifat-sifat dan nama-namanya inilah yang oleh sebagian sufi dimaksud dengan "harta yang terpendam" (Kanz Makhfi) dalam hadis qudsi yang telah kita kutif dan jelaskan maksudnya di bab sebelum ini. Semoga bermanfat.[]
Komentar
Posting Komentar