Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Pengaruh Tabiat Istri; Cara Suami Mencari Nafkah

Hasan al-Bashri berkata: “Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.” 2 tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah, Lalu aku tanya kepadanya:”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar”Aku bertanya lagi:”Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”Ia pun bercerita: ”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia mem

Kisah duka penyesalan Seorang Istri

Kisah ini terjadi di Malaysia beberapa tahun yang lalu. Namun penyesalan berkepanjangan terus mengikuti sang istri. Berikut ini kisah lengkapnya seperti diterjemahkan secara bebas dari laman fitrihadi.com: Sebenarnya kami adalah pasangan yang romantis. Bahkan, teman-teman sering memperbincangkan keharmonisan kami. Meskipun bekerja, aku tetap melayani suami dan mengurus anak-anak dengan baik. Aku bersyukur suami memahami posisiku. Ini membuat aku semakin sayang kepadanya. Sementara suamiku, di tengah kesibukannya, ia juga selalu membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik. Ia juga sering mengimamiku shalat. Aku bahagia dengan hubungan kami. Hari itu, Senin. Aku ingat betul. Aku pergi ke kantor pagi-pagi karena banyak urusan yang harus aku selesaikan. Termasuk janji bertemu dengan sejumlah klien. Biasanya jam 6 petang aku sudah berada di rumah, hampir bersamaan dengan azan Maghrib berkumandang. Aku lihat suamiku telah bersiap-siap untuk shalat Maghrib. Pun anak-ana

REALISASI-DIRI SEBAGAI AKTUALISASI-DIRI

Oleh: Mulyadhi. Kartanegara  A. Mengenal Potensi Diri  MENURUT Abraham Maslow kebutuhan manusia yang paling tinggi, setelah makanan, cinta dan rasa aman adalah realisasi-diri. Menurut saya realisasi-diri itu sama dengan aktualisasi-diri, dan aktualisasi diri tak lain dari pada mengaktualkan segala potensi yang dimiliki oleh diri kita. Pertanyaannya, bagaimana mungkin kita mampu mengaktualkan diri, sementara kita tak tahu apa potensi-potensi diri kita. Oleh karena itu berikut ini saya ingin mendiskusikan potens-potensi diri yang Allah berikan kepada manusia, sebagai syarat bagi pengaktualan diri. Ada setidaknya ada 6 potensi diri:  (1) potensi fisik. Allah menciptakan tubuh manusia dengan segala fungsi atau potensinya yang luar biasa. Salah satunya adalah potensi gerak. Sistem kerangka, otot dan saraf telah memungkinkan tubuh kita untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Sistem persendian yang beragam menyebabkan tubuh manusia sebagai mesin yang sangat ca

MAKAN SEBAGAI OBAT

Oleh : Mulyadhi Kartanegara Seorang sarjana Yahudi yang hidup di ingkungan Islam di Andalus yang bernama Musa bin Maymun, dalam bukunya Tadbir al-Shihhah, mengatakan bahwa makan itu obat, ya jelasnya obat bagi penyakit yang namanya lapar. Lalu ada yang berkomentar, "ya semua orang juga tau.. ga perlu dibilang lagi." Tapi kita tidak akan mengambil banyak pelajaran kalau hanya berhenti di situ. Kita harus terus mencoba mengungkap apa makna di balik ucapannya yang sederhana tsb, mengingat bahwa beliau adalah ahli kedokteran yang hebat, yang mengabdi pada Sultan Salahuddin al-Ayyubi. Tekanannya bukan pada laparnya, tapi pada kata "obat." Obat apapun kalau mau efektif, maka kita harus tahu takaran atau dosisnya. Oleh karena itu, kalau makan dikatakan sebagai obat, kitapun harus tahu dosisnya. Jangan sampai kekuarangan tapi juga jangan sampai over dosis, karena kalau keduanya terjadi, bisa jadi kita akan sakit. Jadi selayaknya kita tahu takaran bagi makanan kita,

EMOSI, INSPIRASI DAN KREATIVITAS

Oleh : Mulyadhi Kartanegara  SIANG ini saya ngobrol-ngobrol dengan mahasiswa saya dari singapura tentang hubungan emosi, inspirasi dan kreativitas. Emosi biasanya selalu dipandang secara negatif, padahal menurut saya emosi adalah daya hidup yang sebenarnya. Boleh dikata tanpa emosi seorang manusia telah mati, sekalipun ia masih bernafas. Peanyaannya adalah apa dan bagaimana sebenarnya hubungan antara emosi dan inspirasi? Sebagai dosen saya sering mendengar mahasiswa mengeluh dan berkata lirih karena sulitnya mencari inspirasi untuk menulis tugas akademiknya. Inspirasi tidak akan datnag kalau emosi kita tidak terketuk. Sekali emosi kita terketuk, misalnya oleh hinaan, kekecewaan, kemarahan atau oleh asmara, maka tiba-tiba kita menemukan jiwa kita penuh dengan inspirasi dan kata-kata. Mereka yang sedang jatuh cinta, sangat merindukan kekasihnya tiba-tiba dirinya dipenuhi dengan kata-kata. Maka mulailah ia menulis puisi cinta yang indah. Seribu katapun berhamburan dalam puisinya. Ta